^^

Senin, 10 Oktober 2011

#15harimenulisdiblog #11 #hujan


HUJAN CINTA

Pagi itu hujan masih belum berhenti sejak semalam. Wajahku masih muram di kawal langit yang kelam. Mendung tetap menggantung bersiap menumpahkan airmatanya. Hari seperti apa ini? Mengapa sangat tak bersahabat. Bahkan langitpun tak henti menangis.

Aku adalah wanita desa dari Sukabumi yang lugu serta ayu. Aku tersesat di Miyagi sejak setahun yang lalu. Aku tergiur honor yang tinggi sehingga aku mantab pindah ke negeri matahari terbit ini. Selain itu aku telah lama suka negeri sakura. Sejak kecil aku seorang pelahap manga. Jadi setidaknya, selain aku dapat bekerja, di sini aku juga semakin dekat dengan apa yang aku suka. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Hatiku senang sekali.

Baru setahun aku di sini, namun Tuhan terlalu menyanyangi aku. Aku telah memiliki semuanya. Karir yang telah promosi. Gaji yang makin tinggi. Sahabat yang selalu menemani. Semuanya. Tapi hatiku hampa. Aku butuh cinta. Enam bulan ini aku telah dekat dengan seorang pria Jepang rekanku bekerja. Namanya Kato. Kato baik, romantik, setia, pelindung dan seksi. Tubuhnya bak model sampul majalah fitness pria. Aku suka. Namun, enam bulan bersamanya tidak serta merta mampu menambatkan cintaku pada hatinya. Hubungan kami berjalan biasa saja. Aku merasa begitu. Bagaimana dengan Kato aku tak tahu. Dalam laut bisa di ukur, dalam hati siapa kira. Kato, maafkan aku.

Mengapa hujan ini tak juga berhenti. Untung aku ambil cuti hari ini. Badanku entah mengapa sakit semua. Aku duduk di depan televisi saat gempa kecil terjadi. Aku sudah tak kaget lagi. Setiap hari gempa terjadi. Aku sudah cukup mampu membiasakan diri. Semua masih di bawah kendali. Hingga air datang menerjang di luar sana. Semua hanyut tak bersisa. Termasuk aku. Bagaimana dengan Kato? Hatiku menanyakannya.

Enam bulan berlalu setelah badai tsunami itu pergi. Aku amat bersyukur masih bisa menatap mentari pagi ini. Tetapi mengapa hatiku jadi teringat kepada Kato. Apakah dia selamat? Atau tidak? Sama sekali aku tidak mendengar kabarnya. Aku belum berani terbang ke Jepang sekarang untuk mencari berita tentang dirinya. Aku trauma. Bahkan dengan hujanpun aku takut. Aku hanya bisa berdoa untuknya.

Sembilan Oktober dua ribu sebelas. Aku telah duduk rapi di pelaminan. Di luar hujan. Namun tetap tak menyurutkan semangat para tamu untuk datang ke resepsiku. Ya, aku menikah dengan cinta pertamaku. Dia rekan kerjaku di BATAN sekarang. Dia melamarku satu bulan yang lalu. Aku menerimanya karena aku merasa telah lama mengenalnya. Aku merasa cintaku telah tertambat pada hatinya. Setiap aku bersamanya, kudapati cintaku semakin besar padanya. Untuk itu aku sama sekali tak ragu untuk anggukkan kepalaku saat ia meminangku. Lantas bagaimana dengan Kato?

Sayup aku melihat seseorang yang sangat aku kenal berjalan ke arah pelaminan. Tak begitu jelas karena aku terhalang tamu yang bergilir bersalaman denganku. Hingga…. Kato?!Kamu selamat. Ia kini telah berada tepat di depanku dan suamiku. Ia mengulurkan tangannya menjabat tanganku. Waktu seakan terhenti. Kulihat matanya tampak begitu bahagia. Matanya, namun aku takkan pernah tahu rasa apa yang menyulam hatinya. Maafkan aku Kato.

“Selamat ya Euis. Semoga kamu bahagia. Doakan aku juga bahagia.” Ucapnya dengan logat bahasa Indonesia yang terbata, pelan namun jelas terdengar di telingaku. Maafkan aku Kato. Aku mencintai Indra. Dan aku harus jujur untuk masalah cinta. Kato melepaskan tangannya.

Siapa ini? Seorang gadis Jepang menyodorkan tangannya menjabat tanganku setelah giliran Kato usai. Siapa kamu?

“Selamat ya Euis, Aku Sayaka. Calon istri Kato.” Ucap gadis jepang ini dengan terbata-bata. Ups, calon istri Kato?

Aku melirik ke arah Kato berdiri. Tampak ia tersenyum di sana. Ia angkat kedua ibu jarinya di depan dada. Lalu gadis Jepang itu segera mendekat ke arahnya. Dan tersenyum kepadaku. Aku balas senyum keduanya.

“Sayang, kamu lihat apa? Berani ya lirik-lirik pria di samping suaminya.” Ucap suamiku menggodaku. Aku balas cubit manja pinggangnya. Aww…. Teriak manjanya membuat tamu yang mendengar tertawa. Kamipun tertawa. Banyak tawa di malam itu, meski di luar hujan turun tiada jemu.
               
               


3 komentar:

  1. Iya awal sampai konfliknya sudah enak, akhirannya kurang menohok.
    Andai yang datang adalah adik atau kakaknya Kato

    BalasHapus
  2. Bagaimana Kato tahu ttg pernikahan tsb padahal tidak ada undangan dan Euis tidak tahu dimana Kato?

    BalasHapus
  3. U/ bukik.com: Terima kasih masukannya^^
    U/ paraGraf by G: jawabannya ada ni novelnya nanti mbak, Tsunami...tapi masih lama, 30/100 hehehe

    BalasHapus