TK LUAR BIASA
“Cita-cita
Nanda kalau sudah besar mau jadi apa”
“Pelukis
huruf A.”
“Ohh…pelukis.”
“PELUKIS
HURUF A!!”
Aku
berteriak kepadanya. Kakak yang baru aku kenal itu tak memahami maksudku. Entah
siapa mereka semua. Tiap pagi datang silih berganti. Kadang rombongan kadang
sendiri. Datang setiap hari
berganti-ganti.
Namaku
Nanda. Aku murid sekolah TK. Jika di tanya nanti besar jadi apa? Aku akan
menjawab ingin menjadi pelukis huruf A. Aku suka huruf A. Suka. Tak tahu jika
yang di tanya temanku akan menjawab apa. Yang pasti kita semua murid sekolah
TK. TK luar biasa.
Saat
aku di minta untuk melakukan sesuatu. Aku pasti akan bertanya apakah ada huruf
A di situ. Jika tidak ada, akupun pasti enggan melakukannya. Entah mengapa, aku
jatuh cinta pada huruf A. Bagiku, semua harus ada huruf A. jika tidak, aku
pasti tidak akan tertarik kepadanya.
Pun,
suatu ketika saat aku di minta untuk melontar bola besi berwarna hitam ini. Aku
mau melakukannya karena ada huruf A dalam kata BOLA. Dan, jika aku melemparnya
paling jauh, aku bisa jadi juara. JUARA. Ada huruf A di sana. Aku suka. Aku memang
anak luar biasa.
Dan
benar saja, bolaku melesat paling jauh. Akupun menjadi juara. Aku mendapat kalung
keping entah apa ini namanya. Sebenarnya aku tidak terlalu suka tapi tak
mengapa, karena selain keping itu akupun mendapat bunga dan piala. Ada huruf A di
sana. Aku suka.
Sejak
saat itu, namaku selalu di sebut banyak media. Ibu guru berkata bahwa ia
teramat bangga. Bangga kepadaku. Begitupun ibuku. Sampai ia melompat kegirangan
begitu. Namun aku tak berubah, aku tidak terlalu suka melontar bola. Aku lebih
suka melukis huruf A. karena aku anak TK. TK luar biasa.
Sejak
kemenanganku, kemanapun aku selalu di buru. Kata mereka aku luar biasa. Bisa menjadi
juara tingkat dunia. Lho?! Mengapa mereka baru sekarang mengatakannya. Bukannya
aku memang anak luar biasa sejak lama.
Kembali
aku bertemu kakak itu lagi. Yang beberapa tahun lalu bertanya padaku jika besar mau jadi apa nanti. Aku ingat
pasti siapa dia. Karena aku pernah berteriak kepadanya. Namun kali ini tidak di
sekolahku. Aku yang datang ke tempatnya bersama ibuku. Tempat apa ini? Cukup
luas dengan dua kursi sofa di depan. Sebuah meja di depannya. Ada layar TV
besar di belakangnya. Banyak lampu banyak kamera. Dan yang mengejutkanku, ada banyak
sekali penontonnya. Mereka bertepuk tangan semua. Dari aku datang, maju ke depan
hingga duduk di kursi sofa. Aku memang anak luar biasa.
Si
kakakpun mulai bertanya.
“Bagaimana
perasaan ibu memiliki Nanda?”
Ibuku
tidak menjawab, ia hanya mengis. Si kakakpun terlihat haru. Lantas , ia pun
kembali berkata.
“Pemirsa,
mari kita berikan tepuk tangan kepada Ibu Diana. Atas kegigihannya merawat
Nanda. Tujuh belas tahun bukanlah waktu yang singkat. Butuh kesabaran yang kuat
untuk merawat Nanda yang luar biasa.”
Tepuk
tangan pemirsa riuh bergemuruh. Aku senang melihatnya. Aku suka.
“Nah,
sekarang Nanda sudah tidak malu lagi bukan? Ayo silahkan perkenalkan diri
kepada pemirsa.” Kata si kakak selanjutnya.
Kuberanikan
diri maju ke depan,
“Nama
saya Nanda. Jika sudah besar saya ingin menjadi pelukis huruf A. Sekarang saya
sekolah di TK LUAR BIASA.”
Kembali
penonton bertepuk tangan riuh bergemuruh. Hmm… aku memang anak TK yang luar
biasa. Aku suka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar