^^

Rabu, 16 Januari 2013

#13HariNgeblogFF #Part2 #04


CUTI SAKIT HATI
Bosan ah makan hati mulu. Aku capek. Aku lelah membenci. Aku ingin berhenti membenci barang sehari. Bisa?
Seperti biasa hari ini aku menyiapkan keperluannya berangkat bekerja. Sarapan pagi yang menggugah selera, kemeja dasi yang tersusun rapi, tas kantornya yang sudah rapat terkunci. Apalagi? Tinggal menunggunya keluar dari kamar mandi. Lama sekali.
Sudah tujuh bulanan ini suamiku begitu. Berlama-lama ketika mandi, ngapain aja aku tak tahu. Dulu. Sekarang aku sudah tahu jawabnya. Ternyata dia punya kebiasaan asyik bertelpon ria. Telpon perempuan.
Sakit hatiku saat tahu dia selingkuh. Apalagi perempuan itu tak lebih cantik dariku. Memendam luka terasa sesak di dada. Perih mengiris tiap sudut jiwaku. Setiap hari, setiap jam, menit, detik tujuh bulan terakhirku laksana silet yang rajin menguliti kulitku lembar perlembar. Perih.
Perih ketika dia berdusta setiap waktu. Supaya bisa bertemu dengan si perempuan penggangu. Pernah suatu kali aku ikuti kemana ia pergi. Katanya meeting. Meeting kepalamu! Lekat dalam ingatanku waktu itu. Sebuah kalung emas mewah menjuntai indah keluar dari saku jasnya. Berpindah dengan manisnya ke sebuah leher yang jika boleh aku dengan senang hati akan menggoroknya. Perih.
Lalu suatu kali, ia ijin keluar kota. Cukup lama. Semingguan. Katanya urusan pekerjaan. Bah! Sakit hatiku. Sakit. Tujuh bulan lamanya luka ini menganga dan entah kapan akan tersembuhkan.
“Sudah selesai mas mandinya. Aku tunggu di meja makan.”
Suamiku yang tampan keluar kamar dengan gagahnya. Ah, andai dia tak menyakiti hatiku, aku ingin bahagia bersamanya selamanya. Tapi, mungkin kenyataan tak seindah impian. Sudah tujuh bulanan hatiku perih tak tertahankan. Aku duduk di depannya melihatnya makan. Air mataku mulai berlinang.
“Loh, sayang kenapa nangis?!”
Ia menghampiriku.
“Aku ingin cuti mas.”
“Cuti apa? Kamu kan tidak bekerja.”
“Aku ingin cuti dari sakit hati.”
Suamiku tertawa mendengar jawabanku. Ini mungkin menjadi tawa terakhirnya. Perlahan tawa itu berubah menjadi kejang. Ia merintih dan mengaduh tanpa henti. Ia menggelepar bagai cacing kepanasan. Mulutnya mengeluarkan busa. Darah menyusul setelahnya.



sketch belong to 123rf