LALU, ASTIARI PUN
TERSENYUM
Siang. Panas. Di sebuah
kafe outdoor di sebuah Mall.
“Akhirnya…”
Rolland memeluk Astiari dengan mata berbinar.
“Kamu sih sibuk terus,
show terus, keliling dunia terus.” Ucap Astiari sembari duduk.
“Harus dong, Asti.
Mumpung masih muda.” Jawab Rolland kepada teman SMA nya itu.
“Apa kabar pacar kamu
yang bule itu? Masih jalan sama dia, Land?” Tanya Asti selanjutnya.
“Sudah jangan membahas
dia lagi, sudah lama putus kok. Sudah dapat ganti, baru sebulan.”
Jawab Rolland.
“Oh, iya suami kamu
apa kabar?” lanjut Rolland.
“Itu dia Land, sebulan
ini tingkahnya jadi aneh. Sering pergi tanpa alasan. Banyak
berbohong. Aku tahu. Empat tahun aku menjadi istrinya. Jadi aku
hafal.” Jawab Asti detil.
“Sabar Asti,
jangan-jangan suami kamu memang lagi sibuk-sibuknya.” Hibur
Rolland.
“Semoga saja.” Jawab
Asti tak yakin.
“Kalau pacar kamu yang
sekarang bagaimana?” Asti mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Emm… dia baik,
perhatian, udah lama kenal sih sejak aku putus sama Andrew. Tapi
jadiannya baru sebulan ini.”
“Selamat ya, jadi
sekarang tidak akan aku dengar lagi kamu curhat nangis bombay seperti
kemarin-kemarin ya hahaha…” Asti tertawa.
Rolland ikut tertawa.
“Ngomong-ngomong dia
asli Jakarta, Land?”
“Iya.”
“Kerja di mana?”
“Di Bank.”
“Sama dong dengan
suamiku.” Asti kembali tertawa.
Handphone Astiari
berbunyi menghentikan keriaan mereka sejenak.
“Iya Pa, Mama masih di
Mall ketemu teman….Emm Ada apa Pa?...Halo….”
“Kenapa Asti?”
“Handphoneku mati.
Habis Baterai.”
“Pakai punyaku nih,
jangan-jangan penting.” Rolland menyodorkan handphonenya ke
Astiari.
“Thanks ya….”
Nit..nit..nit… Astiari
memencetkan angka-angka ke handphone touchscreen itu. Rangkaian angka
telah terbentuk. Astiari menekan tombol “CALL”. Tulisan “My
lovely” seketika muncul di layar handphone. Astiari terkesiap.
“Ada apa Asti?”
Tanya Rolland spontan, melihat roman muka sahabatnya yang tampak
kaget itu.
“Eh, tidak ada apa-apa
kok. Emm.. kalau boleh tahu pacar kamu tadi kerja di bank apa ya
Land?”
“Mandiri.” Jawab
Rolland datar.
Glekk.
Mandiri??
Itu kan…..
“Kenapa Asti?”
“Oh, tidak apa-apa
kok.”
Lalu, Astiari pun
tersenyum.
(in the café picture belong to kumi matsukawa, on Flickr )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar