^^

Jumat, 03 Februari 2012

Kolaborasi Bukik Bertanya

BUKIK BERTANYA: KUE APEM YANG PERNAH GOSONG





Bangga apa adanya

Perkenalkan, namaku Bangga. Siapa? Bangga? Banyak yang masih mengernyitkan dahi ketika namaku kusebut. Sejak aku mengerti arti mengernyitkan dahi hingga kinipun, masih ada yang memintaku menyebut namaku dua kali saat berkenalan. Hahaha….
Tentang nama, saya terlahir sebagai Ervan Bangga Shahli. Namun menurut cerita, saya memiliki banyak nama. Kok bisa? karena saya terlahir multirasial. Dan mungkin karena masing-masing keluarga besar memilki ego yang sama besarnya. Jadi ketika saya pergi ke masing-masing mereka, nama saya pun berubah. Dari Ervan Shahli yang Sunda menjadi Huang Guo Er yang China.
Untuk mengambil tengahnya, saat aku mendaftar sekolah ibu saya menulis namaku ERVAN ARYADI. Dan sejak saat itu, nama itulah yang  termaktub di KTP, Paspor, Ijasah dan dokumen-dokumen negara lainnya. Namun, orang rumah, teman dekat tetap memanggilku Bangga. Ya, sayapun suka dengan nama itu. Meski tidak lazim untuk sebuah nama, tetapi nama Bangga membuatku lebih percaya diri dan malah terdengar unik. Mungkin hanya sekedar sugesti. Namun saya benar-benar Bangga memilikinya. Hey, I am the first Bangga in Indonesia, the one and only J
Selain sebagai citizen, sayapun seorang netizen. Dalam dunia maya, saya biasa menyebut diri sebagai Banggavann. Sederhana. Akronim dari nama-nama saya, Bangga dan Ervan. Lalu, mengapa huruf “N” nya di belakang harus dua. Untuk trademark aja sih. Selain untuk sebuah doa supaya huruf N yang belakang “memagari”  huruf N yang di depan. Filosofinya supaya saya tidak kembali nakal seperti dahulu J . Di dunia maya saya bisa di temukan di blog www.banggavann.blogspot.com dan di twitter sebagai @banggavann . Silahkan mampir ^_^

Kisah dari Ayah dan Ibu saya
Pun seperti saya yang campuran, begitu pula dengan Ayah serta Ibuku. Ayahku seorang Sunda Chinese Canton. Ibuku blesteran Jawa dan Manado. Oleh karena itulah, saya tumbuh dalam lingkungan yang sangat menghargai perbedaan. Bayangkan, kami merayakan tiga hari besar agama. Betapa senangnya saya.
Tentang ayahku, tidak banyak yang aku bisa ceritakan tentang beliau. Karena hubungan kami memang tidak begitu dekat. Meski pernah sangat mengecewakan, namun aku tetap memuja ayahku atas kegigihan serta kerja kerasnya hingga pernah mengangkat kami ke ekonomi yang cukup tinggi.
Sementara ibuku adalah tipikal gadis Jawa yang nedho nrimo. Tidak ambisius. Tenang. Penyabar. Dan hidup bahagia atas paringe Gusti. Terkadang aku tidak suka dengan sikap ibuku yang seperti itu. Namun di balik semuanya, ternyata beliau adalah seorang yang visioner dan well prepared. Dan dari sikapnya inilah, ibuku bisa menyelamatkan kehidupan keluarga kami yang pernah sangat terguncang. She’s an angel alive for us.
Kejadian-kejadian ajaib yang pernah terjadi
Saat kecil, dengan latar belakang multirasial saya, saya sering mengalami bullying perihal SARA. Saat bermain dengan anak-anak Jawa saya di panggil China. Ketika saya bermain dengan anak-anak China saya di panggil Jawa. Ditambah dengan kondisi keluarga yang pada saat itu memang pas-pasan, komplit lah mereka sesuka hati mengolok saya. Hal itu membuat saya lebih banyak kembali ke keluarga daripada bermain dengan teman sebaya. Saya lebih suka mendengar dongeng-dongeng dari kakekku atau mengadu menuliskan semuanya pada sebuah buku. Mungkin itulah mengapa saya menjadi suka dongeng, suka berkhayal, suka bermimpi dan suka menuliskannya.
Kejadian ajaib yang pertama datang ketika bisnis ayah saya mulai sukses. Saat itu aku kelas 3 SD. Ekonomi keluarga kamipun terangkat naik. Sejak itulah, untuk ukuran bocah cilik saya seperti kehilangan jati diri. Saya seperti tidak memiliki lagi diriku sendiri. Saya berubah 180 derajat dari anak kecil yang pendiam, kalem dan apa adanya menjadi sosok yang congkak, sombong, menyebalkan, menjengkelkan dsb. Sifat itu saya bawa hingga usia SMA. Saya tumbuh menjadi sosok yang antipasti, apatis, cuek dan tidak peduli terhadap sekitar. Bahkan tidak peduli dengan diri saya sendiri. Dan saya menikmati itu. Saya senang. Pun, ketika bentuk fisik saya berubah (menjadi super gendut) saya tidak peduli. Dan tidak ada pula yang peduli dengan saya. Teman dekat saya tak berani komentar karena takut. Teman-teman yang lain mana peduli. Begitupun dengan keluarga. Saya terlanjur menjadi monster bagi mereka. Lalu ayah ibu saya? Mereka sibuk bekerja. 
Kemudian, keajaiban yang keduapun menjelang. Berupa badai yang menghantam hebat. Ya, badai di keluarga kami. Badai yang mengubah semuanya. Mungkin cukup kami saja yang mengetahui sehebat apa badai itu.
Singkat cerita, sejak saat itulah saya mulai mengerti arti sebuah kerja keras. Arti menghormati. Belajar untuk peduli. Belajar mengucap kata maaf sekaligus belajar memiliki hati yang mengampuni. Dan sepertinya saya berhasil. Pada awalnya, saya belajar untuk menghargai diri saya sendiri. Saya ingin menghadiahi diri saya sebuah tubuh yang sehat. Lalu, berkat kerja keras itu, saya berubah dari cowok gendut 112 kg menjadi cowok berberat tubuh normal 72 kg dengan tinggi 178cm yang saya miliki. Dan itu menyenangkan ternyata. Dari situlah semua seperti kembali ke awal. Di mana saya di ciptakan TUHAN untuk menjadi pribadi yang menyenangkan. Dan saya kembali bisa peduli kepada diri saya sendiri, ibu saya, keluarga, teman dan TUHAN. Sejak saat itu, bagi saya badai itu telah benar-benar reda. Meski akhirnya saya harus kehilangan seorang ayah. Namun saya masih memilki ibu yang mengerti anaknya. Dan sayapun mulai bisa menata ulang pondasi hidup saya untuk masa depan.
Mengingat akan semuanya, maka saya menghargai…
Diri sendiri: sebagai seorang “persilangan” dari seorang pekerja keras dan penyabar. Saya mencoba membuktikan itu.
Keluarga : sebagai tempat di mana saya dulu belajar atas sikap-sikap keragaman. 
Orang lain : sebagai sesama makhluk Tuhan yang memiliki tingkat derajat yang sama. Saling menghormati dan menghargai adalah sebuah keharusan.
Indonesia : sebagai alam yang ajaib, lingkungan yang beragam, manusia yang majemuk. Dari Indonesia saya bisa mendapatkan semuanya. Positif ataupun negatif. Dan saya menghormati itu.
Kehidupan : sebagai bekal untuk saya mati.
Simbolisasi
Dalam hidup ini saya ingin menjadi Kue Apem. Kue tradisional Jawa yang selalu ada di setiap acara. Apem yang sebenarnya di ambil dari kata arab “affan” itu memiliki makna ampunan. Saya ingin memiliki hati yang mengampuni. Hati yang memaafkan, dalam artian dengan memiliki hati yang memaafkan sayapun akan dengan senang hati untuk meminta maaf jika saya memang bersalah. Meski terkadang sulit saya akan tetap belajar untuk itu. Selain itu, kue apem yang sederhana juga bisa masuk ke semua kalangan. Mulai anak-anak hingga dewasa. Mulai jelata hingga ningrat. Tinggal mengemasnya saja supaya menarik. Saya ingin menjadi supel. Menyenangkan bagi setiap orang. Selamanya. Seperti Apem yang di suka semua sejak dulu hingga kini. Hingga nanti.
Indonesia, Satu Januari 2030
Ketika terbangun di tahun 2030 saya telah berada di Indonesia yang kembali meraksasa. Indonesia kembali menjadi macan asia. Mobil-mobil Esemka berseliweran. Produk dalam negeri telah terapresiasi dengan baik. Indonesia menjadi tujuan wisata dan rekreasi bagi seluruh penduduk bumi karena keramahan masyarakatnya, keamanannya dan budayanya yang tetap lestari.
Bagaimana dengan saya? Saya menjadi seorang entrepreneur traveler yang juga mengajar Bahasa Jawa secara sukarela kepada turis-turis asing yang berminat pada bahasa ibu saya ini.
Untuk itulah mengapa saya suka meracuni teman-teman asing saya dengan bahasa ini. Semua saya lakukan tidak lebih untuk menjaga budaya bahasa itu untuk tidak punah tergerus bahasa-bahasa prokem yang marak berkembang belakangan. Dan, supaya bagian dari Indonesia itu akan tetap lestari hingga nanti.
Sebuah Biografi
Jika pada suatu hari seseorang menulis biografi saya, maka judulnya adalah Bangga: Untuk Semua Mimpi dan Pribadi Yang Mewujudkannya. Isinya adalah cerita tentang buah pikir saya dan pencapaian saya selama hidup. Mimpi-mimpi saya yang mungkin sama dengan mimpi sebagian orang. Serta usaha saya untuk mewujudkan mimpi itu dengan kerja keras. Sebuah buku yang mungkin bisa menginspirasi orang lain untuk berani bermimpi lalu berani untuk mewujudkannya. Karena bagi saya, “Takdir itu sepenuhnya ada di tangan kita, TUHAN hanya menuliskannya.”  Jadi mimpi/cita-cita sekecil apapun tidak akan terwujud jika kita tidak bergerak untuk menggapainya.
Hal Konyol yang pernah terjadi
Kejadian terkonyol yang pernah saya lakukan adalah terkait dengan phobia saya terhadap hewan bernama tikus. Saat itu dalam sebuah kelas tiba-tiba seekor tikus nyelonong masuk. Seisi kelas pun heboh. Sayapun spontan naik meja dan berteriak histeris,”Bunuh tikus itu, bunuh!!... Bunuuuhhh!!” Dan akhirnya tikus itupun bisa di usir (bukan di bunuh). Lalu, setelah semua berangsur kondusif dan  ritme nafas saya mulai normal, saya baru menyadari di mana saya berdiri.  Esoknya, saya langsung jadi selebritis sekolah. Hahahahaha……
Foto-foto merupakan koleksi pribadi kecuali foto kue apem di unduh dari http://www.kratonpedia.com/article-detail/2011/11/22/203/Apem.Sewu,.Bukanlah.Apem.Yang.Berjumlah.1000.html