^^

Kamis, 12 Januari 2012

#15HariNgeblogFF #Hari01


HALO, SIAPA NAMAMU

Malam itu, di gudang sekolah.
Lidya sekuat tenaga memegang boneka batok kelapa yang terus bergetar hebat itu.
“Tolongin dong, Dini!” Ucapnya panik.
Boneka Nini Thowok itu mulai melemah.
“Oke, sekarang saatnya kita bertanya.” Ucap Andini.
“Halo, siapa nama kamu?”
Boneka itu mulai mengguratkan kapur di papan tulis kecil yang telah tersedia. Tulisan S-U-C-I tersusun kurang rapi namun jelas terbaca.
“Apakah kamu yang merasuki raga teman kami tadi siang.”
Boneka kembali menulis. YA.
“Kenapa?”
AKU BENCI KAMELIA. DIA YANG MEMBUNUHKU.
Lalu boneka bergetar hebat berputar tak terkendali. Andini dan Kamelia terhempas.

Siang hari. Saat sekolah usai.
“Lidya, lantas kenapa dia memilih Sasi untuk dia rasuki?”
“Aku juga tidak tahu. Tetapi kamu tahu tidak kalau Sasi itu anak dari Ibu Kamelia?”
“Apa? Darimana kamu tahu?”
“Mamaku yang memberi tahu. Aku ceritakan perihal ini ke mama. Dia lantas memberi tahu aku jika Sasi teman kita yang selalu kesurupan itu adalah anak Ibu Kamelia.”
“Lantas hubungannya?”
Belum sempat Lidya menjawab, seorang perempuan tiba-tiba telah ada di samping mereka.
Perempuan itu tersenyum.
“Anak-anak, bisa tolongin ibu untuk membawa barang-barang ini ke gudang belakang?” ucapnya kemudian.
“I..Iya Ibu Kamelia.” Jawab Lidya dan Andini kompak, tergagap.

Malam harinya. Di gudang belakang sekolah.
“Lidya, kamu yakin dengan ini semua.”
“Yakinlah. Kamu tidak mau kan Din, jika setiap hari anak itu kesurupan lalu menulari teman-teman kita yang lain. Kemudian pelajaran kita terganggu. Aku yakin, Ibu Kamelia ada hubungannya dengan ini semua.” Jawab Lidya panjang lebar seraya menyiapkan sesaji Boneka Nini Thowok

“Apa yang berhubungan denganku?”
Tiba-tiba, suara perempuan terdengar datang dari arah belakang mengagetkan Lidya dan Andini.
“IBU KAMELIA!!!!” keduanya terperanjat.
“Kalian berdua selalu ingin tahu, dan sekarang tampaknya kalian telah banyak tahu.” Ucap Kamelia geram.

Lidya dan Andini mundur saat kamelia mendekat ke arah mereka. Namun, tangan Kamelia tampak lebih cekatan untuk meraih leher Lidya. Lidya tercekik. Nafasnya mulai sengal. Lidya lemas ambruk ke lantai.
“Sekarang giliranmu!!”
Andini mundur hingga terpojok di sudut ruangan.
“Kamu tidak bisa lari, anak kurang ajar.”

Tiba-tiba….
Jlebbb….
Tonggak kayu patahan kaki sebuah bangku menembus punggung Kamelia. Darah mengucur deras dari tubuhnya. Badannya perlahan beringsut rebah bersimbah darah.
Andini terkejut mendapati Sasi telah tampak di depannya.
“SASI..!!” Pekiknya.
Sasi tampak tersenyum. Menunjukkan mulutnya yang penuh darah.
“Aku bukan Sasi.”
“Ka..kalau ka..kamu bukan Sasi, lantas kamu siapa?” Andini terbata-bata. Ketakutan.
“Namaku Suci. Ih..ih.ih…ih……..Nama kamu siapa?!”
Dhegg.




Painting belong to Sylvia Wishart - Cottage Interior c. 1968-72, oil on board, private collection © The Estate of Sylvia Wishart



Tidak ada komentar:

Posting Komentar