SEPUCUK SURAT (BUKAN) DARIKU
Marlina
masih lemas duduk di sofa mewah di ruang tengah rumahnya. Surat di tangannya mulai
basah oleh air matanya yang deras mengucur. Liana tak kalah hebat menangis,
sementara Utari berdiri di depan jendela.
“Benar
kan Ma apa yang aku katakan. Mama sih yang terlalu memanjakan Papa. Mama itu
harusnya curiga saat Papa merekrut sekretaris baru yang centil itu.” Utari
bersuara.
“Kalau
rumah ini disita, kita kan tinggal di mana Ma?” tanya Liana, masih menangis.
“Adik
diam dulu deh, ini Mama sama Kakak nanti tambah jadi bingung.” Utari menghardik
adiknya.
“Mama
kan tidak boleh curiga begitu Tari. Mama kan percaya sama Papa.”
“Tapi
kenyataannya sekarang apa Ma? Si sekretaris centil itu sekarang telah
benar-benar berhasil merebut Papa.”
“Mama
kan bukan orang curigaan. Selalu berprasangka baik kepada orang.”
“Iya
Ma. Tapi Mama kan seharusnya curiga kenapa Papa merekrut sekretaris baru waktu
itu. Padahal sekretarisnya Papa sudah dua. Apa Mama tidak cemburu?”
Marlina
mengambil nafas dalam-dalam.
“Mengapa
harus cemburu. Kita kan harus professional anakku.”
“Tapi
kini kenyataannya. Untuk apa coba Papa hutang sebegitu besar kepada bank dan
tidak membayarnya. Pasti untuk perempuan itu. Pantas saja sejak ada perempuan
itu Papa jadi sering telat pulang. Papa jadi sering alasan kerja keluar kota,
Harusnya Mama peka.”
“Sudah
diam kamu Tari. Mama ini lagi berfikir bagaimana Mama mendapatkan uang untuk
membayar hutang.”
Marlina
melangkah menuju kamarnya. Menuju lemari besinya. Mengeluarkan pistol milik
suaminya. Lalu membawanya keluar.
Marlina
lalu memasukkan pistolnya ke dalam tasnya.
“Mama,
untuk apa Mama bawa pistol segala.” Teriak Liana.
“Mama
pergi sebentar Utari, tolong jaga adikmu.”
“Mama
mau kemana? Mama mau apa?” Kali ini Utari yang terlihat panik.
“Mama
tahu apa yang harus Mama lakukan.”
Marlina
melangkah cepat meninggalkan dua anaknya. Kini hatinya benar-benar telah di bakar api cemburu yang membara. Cemburu yang terkumpul dan siap meledak.
“Utari,
simpan surat itu. Jangan sampai hilang.” Teriak Marlina dari dalam mobilnya.
Brummm……
Mama……
Utari
hanya bisa memeluk adiknya yang menangis semakin hebat.
Sketch belong to Eyerank on http://www.eyefetch.com/image.aspx?ID=427568
huaaaa....mau ngapaaaiiin???? :((
BalasHapusHmmm...kira-kira mau ngapain ya...:))
HapusLho mana terusane? Gitu tok???? Penasarannnn............
BalasHapus