^^

Sabtu, 01 Oktober 2011

#15harimenulisdiblog #2 #malamminggu

 SUAMIKU SAYANG

Suamiku sedang apa ya sekarang? Setelah aku minta batalkan kunjungannya kepadaku malam ini. Memang sudah menjadi kebiasaannya empat bulan terakhir untuk selalu mengunjungiku di tiap malam minggu. Kami terpaut jarak cukup jauh saat aku di perbantukan ke kantor cabang tempat perusahaanku bekerja. Rutin ia mengunjungiku. Membosankan. Semua terjadi begitu saja tanpa ada sesuatu yang menarik. 

Makanya, sekarang aku minta ia tak mengunjungiku malam ini. Aku beralasan akan lembur hingga larut. Aku minta ia datang besok pagi saja. Padahal, aku bohong. Aku ingin mengejutkannya. Aku ingin ada warna dalam pernikahanku. Bukan begini. Mlempem. Adem. 

Mentari telah sempurna tenggelam di ufuk barat saat aku mulai masuk ke kota di mana rumah kami berada. Asyik... aku akan datang mengejutkanmu sayang. Emm...kira-kira suamiku sedang apa ya sekarang?

“Kemana ibu?” tanya pak supir taxi kepadaku.

“Anggrek dua, nomor lima belas ya pak.”

Taksi meluncur. Hatikupun ikut meluncur. Membayangkan akan ada warna lain dalam kanvas cintaku. Maklum, selama ini warna yang tergurat hanya biru, ungu, abu-abu. Aku bosan, aku ingin ada merah di sana. Ada kuning membingkai. Ada hijau menyatu. Tapi sepertinya itu tak akan segera terwujud jika aku hanya mengandalkan suamiku. Suamiku terlalu lugu. Terlalu mlempem. Terlalu adem. Tapi aku cinta dia. Aku suka senyumnya. Aku suka suaranya. Aku cinta. Aku sayang. Emm... kira-kira suamiku sedang apa sekarang?

“Depan stop ya pak.” Ucapku pada pak supir. Aku keluar setelah bayarkan beberapa lembar rupiah kepadanya. Ia keluarkan uang kembalian. Tapi aku menolaknya. Ia tersenyum gembira.

Taxipun pergi, tapi eitss... apa ini? Ada mobil sedan hitam parkir di garasi rumahku. Bukan milik suamiku. Milik siapa? Jangan-jangan..... ahh, aku hapus prasangkaku. Suamiku kan lugu. Tak akan mungkin berbuat begitu. Tapi ini kan malam minggu?! Siapa tahu?! Hmmm....

Aku buka pintu rumah dengan kunci duplikatku. Aku langsung naik pitam saat kujumpai sebuah tas hitam. Tas perempuan, tas cewek, tas wanita. Arghhh.... 

Aku bergegas masuk ke dalam. Ke arah kamarku berada. Apa?! Pitamku langsung memuncak, saat kutemukan sepasang stileto terserak. Satu tergeletak, satu masih berdiri tegak. Aku mencoba menguasai diri, meski kepala sudah tersulut emosi. Untung hatiku masih peduli, ia berkata... tenang dulu, jangan berprasangka buruk begitu, suamimu kan lugu. 

Baik, aku coba menahan diri. Perlahan namun pasti, aku dekatkan telinga ke lubang kunci. Apa yang aku dengar?! Ahh... uhh... ahh... uhh... suara perempuan. Ya, suara cewek, suara wanita. Arghhh....

Tapi eits... apa ini? Ada suara laki-laki dari dalam kamar. Tapi bukan suara suamiku. Yang ini lebih gahar. Apa?! Suara laki-laki lain. Ada laki-laki lain di dalam kamar selain suamiku. Jadi, mereka... mereka main bertiga. Threesome. Dua laki-laki satu perempuan. Sebentar sebentar, dua laki-laki satu perempuan?! Jangan-jangan. Oh my God. Laknat. Bejat.

Aku tak mungkin bisa lagi mengontrol diri. Aku segera bangkit berdiri. Jbrak!!! Sekuat tenaga pintu itu aku dobrak. Tidak tau rupanya, kalau aku ini seorang karateka.

 “Binatangggg...!!!!!” aku berteriak dengan lantang.

“Mbak Sasi!”

“Guntur?!”

Aku kaget. Aku tak mendapati suamiku di situ. Aku hanya menemukan Guntur, adik iparku bersama seorang perempuan yang entah itu siapa. Mungkin kekasihnya.

“Emm... kakakmu di mana?” lanjutku, lirih tertahan malu. Aku malu. Tak bisa aku sembunyikan itu. Bisa kau bayangkan, saat ini aku masih berpose labil. Seperti Uma Thurman di film Kill Bill.

“Mas Guruh tadi keluar. Beli makan malam katanya.”

“Lalu, kenapa kalian berada di kamarku?”

“Maaf mbak, tadi asal nemu kamar. Maaf kalau kesasar.” Ucap iparku enteng.

“Ada apa ini?” ucap suara dari belakang. Nah kalau yang ini suara suamiku.

“Loh?! Sasi?! Sayang kok berada di sini?” lanjutnya terkejut.
Aku hanya bisa terkekeh, masih menahan malu.

“Katanya lembur, Sayang bohongnya?” lanjutnya dengan nada menggoda.

Aku tak menjawabnya. Aku cukup memeluknya. Lalu aku kunci pintu setelah meminta iparku dengan pacarnya itu keluar dari kamarku. Bagai serigala liar aku mulai mencumbu suamiku. Suamiku masih diam membeku. Mungkin dia kaget dengan tingkahku. Ah, tapi apa peduliku. Meskipun ia lugu, tapi ini kan malam minggu. Siapa tahu kali ini ia berubah menggebu. Siapa tahu?!



2 komentar:

  1. Hihihi.. lucu jugak. Tapi sayang, agak kurang mengejutkan endingnya. Cobak kalau ternyata suaminya dengan laki-laki lain. Mungkin akan lebih mengejutkan :)))

    BalasHapus
  2. Judulnya yang pas,"SALAH DOBRAK"

    BalasHapus