^^

Senin, 24 Oktober 2011

#BermainApi


IJIN TUHAN


            Aku lihat tanganmu melambai mengangkasa di kerumunan. Aku masih jalan perlahan. Aku gontai. Aku sepi dan selalu begini. Sebenarnya ingin aku melupakanmu, menggantimu dengan wajah baru yang Tuhanku setuju. Namun aku ragu. Aku tidak mungkin mampu. Kamu cinta pertamaku. Dan akan selamanya begitu.
            Dan, seperti biasa. Kamu tetap tersenyum ramah,  selalu menyapaku renyah. Melihatmu yang begitu lelah, dan kamu masih sanggup tersenyum untukku itu adalah bukti betapa kamu mencintaiku. Perlu kau tahu Vi, akupun mencintaimu. Dan akan selamanya begitu.
            Dan akan selamanya begitu. Karena aku yakin kamu bisa menjadi ibu yang baik bagi anakku. Serta ibu yang baik pula bagi anakmu. Kamu begitu sayang kepada mereka berdua. Meski aku tahu beban itu berat, engkau tak percayakan siapapun untuk menyentuhnya. Mereka tetap dalam pelukanmu. Berdua lelap dalam dekapanmu. Kamu sungguh seorang wanita perkasa. Kamu terlalu istimewa untukku. Dan akan selamanya begitu.
            Kita berjalan beriringan setelah kini anakku bergayut pada tubuhku. Kamu begitu sexy saat melangkah seperti itu. Kamu tak merasa repot meski ada anakmu di dekapanmu. Itulah yang membuatku semakin tidak ragu. Untuk memilih dirimu menjadi istriku.
            Tapi Vi, terus terang aku masih bimbang. Lanjutkan kisah kita ini atau berhenti di sini. Aku tidak cukup berani untuk menentang Tuhanku. Dan akupun tahu, kamupun akan berfikir seribu kali untuk menentang Tuhanmu. Meski kita sudah lama bersama. Meski masing-masing cinta kita sempat pergi. Namun mereka kembali bukan. Cintamu kembali kepadaku karena telah lama mengenalku. Seperti halnya aku yang telah sangat mengenalmu. Hanya saja, masing-masing Tuhan kita belum mengenal satu dengan lainnya. Jadi, apakah kita akan melanggar aturan, atau sabar untuk menunggu hingga Tuhan kita kenalan. Semua ini telah lama aku pikirkan. Namun hingga kini belum bisa aku putuskan. Aku masih bimbang. Memilih melanjutkan cinta bersamamu atau tetap memeluk aturan Tuhanku.

            “Hey, kok melamun begitu.”
            “Ah, tidak juga.”
            “Apanya yang tidak juga? Kamu melamun apa Bie? Kita?”
            Aku hanya bisa mengangguk.
            “Akupun telah beribu kali fikirkan. Kita teruskan, atau kita berhenti di sini Bie.”
            “Aku tidak mau berhenti Vi, aku terlalu mencintaimu. Namun aku juga takut dengan Tuhanku.”
            “Aku juga ingin tetap bersamamu Bie, aku mau kita menikah secepatnya. Jika bisa bulan depan.”
            “Mana bisa? Hukum Negara kitapun belum mengenal pernikahan beda agama.”
            “Oleh karena itulah kita menikah di Belanda.”
            “Kamu yakin? Kamu tidak takut kepada Tuhanmu?”
            “Bukan masalah takut atau tidak. Aku telah memikirkannya beribu kali. Dan aku putuskan untuk mencintaimu hingga akhir nafasku. Aku yakin Tuhan merestui cinta kita.”

            Kutatap mata indahmu. Tak ada sedikitpun keraguan di sana. Mata yang sejak awal memikatku. Mata yang menjeratku dengan renjana cintamu. Mata yang membuatku jatuh cinta kepadamu.
            Ya, bulan depan kita ke Belanda. Ku harap kini masing-masing Tuhan kita telah berkenalan. Saling berpeluk dan mengijinkan aku memiliki wanita luar biasa sepertimu untuk menjadi pendamping hidupku. Selalu. Dan akan selamanya begitu.

**************

Tidak ada komentar:

Posting Komentar