HUJAN CINTA
Pagi itu hujan masih belum
berhenti sejak semalam. Wajahku masih muram di kawal langit yang kelam. Mendung
tetap menggantung bersiap menumpahkan airmatanya. Hari seperti apa ini? Mengapa
sangat tak bersahabat. Bahkan langitpun tak henti menangis.
Aku adalah wanita desa dari Sukabumi yang lugu serta ayu. Aku tersesat di Miyagi sejak setahun yang
lalu. Aku tergiur honor yang tinggi sehingga aku mantab pindah ke negeri
matahari terbit ini. Selain itu aku telah lama suka negeri sakura. Sejak kecil
aku seorang pelahap manga. Jadi
setidaknya, selain aku dapat bekerja, di sini aku juga semakin dekat dengan apa
yang aku suka. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Hatiku senang sekali.
Baru setahun aku di sini, namun
Tuhan terlalu menyanyangi aku. Aku telah memiliki semuanya. Karir yang telah
promosi. Gaji yang makin tinggi. Sahabat yang selalu menemani. Semuanya. Tapi
hatiku hampa. Aku butuh cinta. Enam bulan ini aku telah dekat dengan seorang
pria Jepang rekanku bekerja. Namanya Kato. Kato baik, romantik, setia,
pelindung dan seksi. Tubuhnya bak model sampul majalah fitness pria. Aku suka.
Namun, enam bulan bersamanya tidak serta merta mampu menambatkan cintaku pada
hatinya. Hubungan kami berjalan biasa saja. Aku merasa begitu. Bagaimana dengan
Kato aku tak tahu. Dalam laut bisa di ukur, dalam hati siapa kira. Kato,
maafkan aku.
Mengapa hujan ini tak juga
berhenti. Untung aku ambil cuti hari ini. Badanku entah mengapa sakit semua.
Aku duduk di depan televisi saat gempa kecil terjadi. Aku sudah tak kaget lagi.
Setiap hari gempa terjadi. Aku sudah cukup mampu membiasakan diri. Semua masih
di bawah kendali. Hingga air datang menerjang di luar sana. Semua hanyut tak
bersisa. Termasuk aku. Bagaimana dengan Kato? Hatiku menanyakannya.
Enam bulan berlalu setelah badai
tsunami itu pergi. Aku amat bersyukur masih bisa menatap mentari pagi ini.
Tetapi mengapa hatiku jadi teringat kepada Kato. Apakah dia selamat? Atau tidak?
Sama sekali aku tidak mendengar kabarnya. Aku belum berani terbang ke Jepang
sekarang untuk mencari berita tentang dirinya. Aku trauma. Bahkan dengan
hujanpun aku takut. Aku hanya bisa berdoa untuknya.
Sembilan Oktober dua ribu
sebelas. Aku telah duduk rapi di pelaminan. Di luar hujan. Namun tetap tak
menyurutkan semangat para tamu untuk datang ke resepsiku. Ya, aku menikah
dengan cinta pertamaku. Dia rekan kerjaku di BATAN sekarang. Dia melamarku satu bulan
yang lalu. Aku menerimanya karena aku merasa telah lama mengenalnya. Aku merasa
cintaku telah tertambat pada hatinya. Setiap aku bersamanya, kudapati cintaku
semakin besar padanya. Untuk itu aku sama sekali tak ragu untuk anggukkan
kepalaku saat ia meminangku. Lantas bagaimana dengan Kato?
Sayup aku melihat seseorang yang
sangat aku kenal berjalan ke arah pelaminan. Tak begitu jelas karena aku
terhalang tamu yang bergilir bersalaman denganku. Hingga…. Kato?!Kamu selamat. Ia kini telah
berada tepat di depanku dan suamiku. Ia mengulurkan tangannya menjabat
tanganku. Waktu seakan terhenti. Kulihat matanya tampak begitu bahagia. Matanya,
namun aku takkan pernah tahu rasa apa yang menyulam hatinya. Maafkan aku Kato.
“Selamat ya Euis. Semoga kamu
bahagia. Doakan aku juga bahagia.” Ucapnya dengan logat bahasa Indonesia yang
terbata, pelan namun jelas terdengar di telingaku. Maafkan aku Kato. Aku mencintai
Indra. Dan aku harus jujur untuk masalah cinta. Kato melepaskan tangannya.
Siapa ini? Seorang gadis Jepang
menyodorkan tangannya menjabat tanganku setelah giliran Kato usai. Siapa kamu?
“Selamat ya Euis, Aku Sayaka.
Calon istri Kato.” Ucap gadis jepang ini dengan terbata-bata. Ups, calon istri
Kato?
Aku melirik ke arah Kato berdiri.
Tampak ia tersenyum di sana. Ia angkat kedua ibu jarinya di depan dada. Lalu gadis
Jepang itu segera mendekat ke arahnya. Dan tersenyum kepadaku. Aku balas senyum
keduanya.
“Sayang, kamu lihat apa? Berani ya
lirik-lirik pria di samping suaminya.” Ucap suamiku menggodaku. Aku balas cubit
manja pinggangnya. Aww…. Teriak manjanya membuat tamu yang mendengar tertawa. Kamipun
tertawa. Banyak tawa di malam itu, meski di luar hujan turun tiada jemu.
Iya awal sampai konfliknya sudah enak, akhirannya kurang menohok.
BalasHapusAndai yang datang adalah adik atau kakaknya Kato
Bagaimana Kato tahu ttg pernikahan tsb padahal tidak ada undangan dan Euis tidak tahu dimana Kato?
BalasHapusU/ bukik.com: Terima kasih masukannya^^
BalasHapusU/ paraGraf by G: jawabannya ada ni novelnya nanti mbak, Tsunami...tapi masih lama, 30/100 hehehe