^^

Rabu, 17 Oktober 2012

#15HariNgeblogFFDadakan #D1


(BUKAN) CENAYANG

Aku selalu tak habis pikir dengan apa yang telah terjadi padaku setahun belakangan ini. Aku tidak bisa barang sedetikpun untuk untuk tidak melamunkannya. Saat aku terjaga, aku mengingatnya. Saat aku terlelap, aku impikan dia. Ahh, kemana Rayi Playboy yang dulu. Kemana bocah bengal yang suka main perempuan itu. Mati. Mungkin.
Hatiku seperti terjatuh dalam genangan cinta ini. Terjerembab dan sulit untuk bangkit. Namun aku menikmatinya. Aku menikmati setiap detik kasmaranku kepadanya. Aku terlalu menyukai gadis itu. Gadis yang setahun lalu bertemu di pantai ini. Di sini. Di atas tebing curam ini. Gadis yang pemberani. Padahal ketika itu aku menyangka dia akan berbuat bodoh. Lompat ke bawah misalnya. Ahh, goblognya aku. Mengapa begitu naif. Memangnya gadis yang berdiri di tebing tinggi harus selalu akan bunuh diri. Dasar dangkal.
Lalu, saat pertama kudengar suaranya. Bagai entah seperti suara merdu yang belum pernah ku dengar sebelumnya. Merdu mendayu. Bisikkan pembuluh rindu. Akupun terpesona. Hingga kami bisa renyah berbincang dan entah darimana dia seperti tahu siapa aku. Seorang player yang telah banyak menipu. Menipu gadis-gadis baik. Ahh, kamu seperti cenayang saja. Bisa membaca apa yang orang lain tak bisa.
“Aku bukan cenayang.” Bisiknya lembut di telingaku. Aku hanya wanita biasa yang dikirim untuk menghentikanmu. Begitu lanjutnya. Ahh, aku rela berhenti untukmu. Kamu, terlalu sempurna. Sepertinya aku jatuh cinta. Playboy jatuh cinta? Ya. Aku. Aku akan berhenti, dan menambatkan perahu hatiku berlabuh di dermaga cintamu.
“Belum lama kan Ray?”
Suara merdu itu muncul dari arah belakang. Aku telah sangat mengenalnya. Rara, gadis jelita penawan hatiku.
Segera aku berbalik, merengkuhnya dalam pelukku. Menciumnya dengan hebat seakan ini saat terakhir untuk bertemu.
Hey... easy, Boy.”
Dia tersenyum. Kami berdiri berhadap-hadapan. Ahh, matanya. Sekarang aku benar-benar telah terpenjara.
“Kamu siap, sayang?”
“Kapanpun kamu meminta.”
“Kamu siap berhenti, dan benar-benar mengakhiri petualangan cintamu.”
“Iya sayang. Kamu... kamu seperti cenayang saja. Selalu tahu apa yang ada dalam pikiranku. Aku akan berhenti. Mengakhiri petualangan cintaku. Di kamu.”
“Kamu itu ya, selalu saja bilang aku cenayang. Aku bukan cenayang. Aku Rara. Rara Kembang Mayang.
“Rara? Rara Kembang Mayang? Siapa itu, sayang?”
“Aku. Aku yang telah kamu ijinkan untuk menghentikanmu. Mengakhiri hidupmu. Bukankah aku sudah bilang pada awal kita bertemu. Aku dikirim untuk menghentikanmu.”
Aku samar mendengar kalimat terakhir yg di ucapkannya. Seperti ada benda tajam yang menembus di dada, merobeknya hingga tembus jantungku. Tiba-tiba aku gemetar, lemas, darah meruah dari dadaku. Kulihat dia tertawa. Entah apa maksudnya.
Aku semakin tersungkur. Penglihatanku mulai mengabur. Kudengar samar ia berbisik, “Aku bukan cenayang. Namaku Rara si Kembang Mayang. Aku dikirim untuk menghentikanmu.”
Gelap.

Painting belong to EIJIEL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar