^^

Sabtu, 20 Oktober 2012

#15HariNgeblogFFDadakan #D4


BIYAN ATAU BIANCA

          “Ini saja, Misteri Pembunuhan Biyan dan Bianca.”
          “What?! Buku apa sih itu, Yang. Serem gitu. Siapa yang ngarang sih.”
          Pemuda itu tertawa mendengar reaksi dari kekasihnya.
“Ini kan cuma fiksi, Sayang.”
“Iya, fiksi. Tapi ‘kan serem. Kok bisa sih judulnya begitu. Nyebut-nyebut namaku dan Bianca.”
Pemuda itu kembali tertawa.
Sepasang muda-mudi itu terlihat asyik bercengkrama. Mereka tertawa-tawa tanpa menyadari bahwa dari sudut lorong rak buku sebelah mereka, dua pasang mata mengawasi.
“Jadi, siapa yang harus aku singkirkan, Mbak. Dia itu Biyan atau Bianca.”
“Aku tidak peduli, Dik. Yang pasti, setiap perempuan yang mencoba mendekati Raka harus mati. Hanya aku yang boleh memilikinya.”
“Iya aku ngerti. Tapi aku kan harus tahu. Siapa gadis itu. Biyan atau Bianca. Ah, wajah mereka terlalu mirip. Dasar kembar sialan.”
“Ah, sudahlah. Adik coba dulu saja.”
“Sekarang? Di sini? Di toko buku ini? Mbak becanda deh.”
“Ayolah, Dik. Coba saja. Aku ingin dia cepat mati.”
“Baiklah jika begitu keinginannmu, Mbak."
Kemudian, gadis yang dipanggil adik oleh gadis satunya itu mengeluarkan kertas. Melipat-lipatnya membentuk serupa manusia. Lalu matanya terpejam. Entah apa yang akan ia lakukan.
Sementara itu, di sudut lain toko buku ini, seorang pemuda dengan belati di tangannya juga sedang mengamati Raka dengan gadisnya. Sorot matanya tampak begitu membenci sepasang anak manusia itu.
“Pokoknya, Raka tidak boleh bahagia. Enak saja.” Gumam pemuda berbelati itu.
Dia terus mengawasi Raka dan gadisnya sambil berpura-pura memilih-milih buku yang tersusun rapi di rak-rak buku kayu itu.
Raka dan kekasihnya masih saja bercanda dan tertawa. Hingga di depan kasir, tiba-tiba hidung gadisnya mengeluarkan darah.
“Loh, sayang mimisan.”
Raka segera mengambil sapu tangannya dan berusaha membersihkan darah itu. Namun kemudian tubuh sang gadis kejang-kejang. Darah semakin deras mengalir dari hidungnya. Kemudian dari mulutnya. Toko buku itupun geger.
Dua pasang mata melihat kejadian itu dengan wajah sumringah. Satu diantaranya malah terlihat begitu menikmati. Mereka tersenyum kemudian meninggalkan toko buku itu dengan raut muka bahagia.
Sementara, Pemuda berbelati melihat kejadian itu dengan terheran-heran.
“Wow, ternyata Tuhan berpihak padaku. Baguslah.” Pemuda itupun tersenyum.
Toko buku semakin gaduh.

Sketch belong to Wayne B. Medina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar