^^

Jumat, 30 September 2011

#15harimenulisdiblog #1 #ciumanpertama

CIUMAN “PERTAMA”

Inilah yang mungkin terjadi bila pernikahan bukan dilandasi atas kata cinta. Dia masih mencintai kekasihnya, begitupun diriku yang masih menaruh rindu pada kekasihku. Tapi apalah daya kami, kami hanyalah wajah-wajah anak-anak yang berbakti kepada orang tua.

Kemudian, menikahlah aku dengannya. Seorang pria yang tidak aku kenal rimbanya. Yang tiba-tiba datang dan melesak masuk ke dalam hidupku. Aku berontak, aku teriak. Namun hanya dalam hati. Aku memang mengalah atas apa mau orang tuaku. Namun aku tidaklah kalah. Aku tidak kalah. Aku hanya diam karena terlalu lemah untuk melawan.

Akan tetapi, AHA!!.... ternyata diapun setali tiga uang denganku rupanya. Dia tak mencintaiku. Dia ada kekasih yang telah memiliki hatinya. Senangnya…. Dia masih selalu berkunjung kepada kekasihnya. Akupun demikian. Pernikahan kami terasa aneh memang. Tetapi begitulah cinta, tak usahlah berdebat dengannya.

Orang tua kami masing-masing sibuk membanggakan pernikahan anaknya yang sukses kepada setiap koleganya. Acara perjodohan di tahun millennium yang berhasil. “Eh, lihat Jeung… mantuku cakep banget kan. Serasi dengan anakku yang cantik.” Begitu katanya. Aduh mama, maafkan anakmu. Aku menipumu.

Waktu berjalan perlahan namun pasti. Pernikahan kami pun sudah tak berbilang hari. Sudah satu tahun sembilan bulan. Dan aku mengandung, anaknya. Ya, anak suamiku, bukan kekasihku. Dengan kekasihku aku masih jalan, seperti dia pula yang masih jalan dengan kekasihnya. Aneh bukan? Tetapi begitulah cinta, tak usahlah berdebat dengannya.

Selanjutnya.......

“Mama… bayi kita perempuan!!” teriaknya. Aku masih terbaring lemas. Semua energiku terkuras. Namun mataku masih awas. Masih jelas, melihat suamiku jalan berayun sambil berlagu-lagu menggendong bayi berselimut merah jambu. Cakep juga orang ini, benar kata mama. Mantunya tampan. Akupun heran, bertanya pada diri sendiri kemana saja selama ini. Ternyata suamiku tak kalah rupawan dengan kekasihku.

Dia mendekat duduk di sampingku setelah menaruh bayi dalam box nya. Matanya menatap tajam ke arahku. Hey tampan, jangan lama-lama. Nanti aku meleleh di buatnya. “Mama… bayi kita cantik. Mirip denganmu.” Ucapnya. Mata binarnya tersenyum gembira. Tanpa sadar, mulutku menyudut kiri kanan. Memberinya senyumanku yang paling menawan. Suamiku, ternyata kamu benar-benar tampan. Kemana saja aku selama ini, tanyaku dalam hati.

Lalu, mukanya semakin mengangsur turun ke wajahku. Bibirnya mulai membuka melumat bibirku. Hangat, tiba-tiba getar menjalar ke seluruh tubuh ini. Membawakan nikmat roti surgawi. Ah, aku tak tahan. Tak tahan untuk membalasnya berciuman. Bibir kita mengikat, lidah kita menyatu. Lantas, kemana perginya kekasihnya serta kekasihku. Masa bodoh, aku tak peduli, sama seperti dia yang mungkin juga tak peduli. Aku merasakan cinta dalam setiap kecupannya. Ini ciuman pertamaku bersamanya. Selama ini? Ya, selama ini. Bahkan saat bercintapun berlangsung begitu saja. Coitus dan lalu selesai. Tapi kini apa yang terjadi? Aku benar telah jatuh cinta kepadanya. Aneh pastinya, tetapi begitulah cinta, tak usahlah berdebat dengannya.



9 komentar:

  1. oii oiii ommm pinjem blangkonnya om.. tulisannya keren!

    BalasHapus
  2. @sibair : matur tengkyu, nih blangkonnya.... tuker Acer. *tetepgakmaurugi :))

    BalasHapus
  3. ciuman pertama walaupun bukan yang pertama.. bagus.. :')

    BalasHapus
  4. @elna dan Rhyn : Terima kasih ya.....^^

    BalasHapus
  5. Huaaaa ceritanya menggetarkan....harus diikutkan lomba atau diterbitkan!

    BalasHapus
  6. @bukik.com: Terima kasih, di ikutkan lomba nunggu lomba yang se tema. untuk di bukukan, nunggu materi lainnya belum jadi. minta doa nya ^^

    BalasHapus
  7. Suka dengan kta* tapi begitulah cinta, tk usahlah berdebat dengannya... ^^

    BalasHapus