FRIENDS? (FOREVER?)
“Mengapa harus
dia, Vi?”
“Mengapa
tidak? Aku mencintainya sama seperti aku mencintaimu, dulu.”
Roman hanya
bisa terduduk lesu mendapati kenyataan pahit seperti ini. Wanita yang telah ia
puja selama ini telah menjadi milik orang lain. Vinia, sang gadis pujaan tampak
membuang jauh-jauh tatap matanya ke depan. Matanya basah.
“Mengapa kamu
tidak menungguku, Vi?’
“Mengapa kamu
tidak mengatakannya lebih awal? Mengapa tidak pada saat lulusan itu?”
“Karena pada
saat itu aku kira ini hanya rasa suka sesaat, Vi. Hanya sekedar rasa
penasaranku kepada gadis termanis di sekolah kita. Kamu.”
“Bukankah sudah
aku bilang, if you got something that you
need to say, you better say it right now cause you don't have another day.
Dan semua benar terjadi. Tak ada lagi hari itu. Aku sudah di miliki orang lain.”
“Tetapi aku ‘kan
lalu mengatakannya, Vi.”
“Lewat telpon
itu? Pengecut kamu Rom.”
Roman berdiri,
mengeluarkan bungkus rokok dari saku bajunya. Mengeluarkan sebatang. Menyulutnya.
Menghisapnya dalam-dalam. Menghembuskan nafasnya jauh ke depan kuat-kuat. Lalu ia
tertawa.
“Lalu, mengapa
harus dia?”
“Mengapa harus
dia? Rom, cinta tak pernah kenal kata mengapa. Cinta bisa datang kepada siapa
saja. Begitu saja.”
“Tetapi,
mengapa harus dia? Mengapa harus laki-laki tua yang seharusnya lebih pantas
menjadi ayahmu dari pada suamimu. Mengapa?” Suara Roman meninggi.
“Apa salahnya.
Aku free. Dia free. Aku tidak pernah ada komitmen apapun dengan kamu. Benar ‘kan?
Pun dengan dirinya. Dia sudah tidak lagi memiliki istri. Tidak ada yang salah
bukan jika kami memutuskan untuk menikah dan hidup bersama.” Jawab Vinia
berargumen.
“Tetapi
mengapa harus dia. Arrghhh....” Roman membuang rokoknya yg tinggal seujung.
“Kita sudah dua
puluh lima tahun, Roman. Bukankah kita sudah cukup dewasa untuk menghadapi
semua ini. Apalagi kamu lulusan luar negeri. Aku harap kamu bisa mengerti.”
Roman terdiam.
Ada raut sesal tergambar dalam wajahnya yang menyusut kecut. Ah, andai waktu
bisa diulang.
“Di sini kalian rupanya.” Seorang lelaki paruh
baya datang.
“Iya mas, ini
aku ngobrol sama Roman.” Jawab Vinia.
“Rom, Ayah ada
perlu sebentar dengan istri ayah. Itu di depan tamu ayah nanyain.”
Roman hanya
bisa mengangguk.
“Mas masuk
duluan saja ya, nanti aku susul.” Ucap Vinia.
Ayah Roman
berjalan masuk ke dalam rumah. Vinia membereskan gelas-gelas dan toples roti
dan di bawanya masuk ke dalam rumah. Sebelum hilang di balik pintu, Vinia
menoleh ke arah Roman.
“Rom, kita
masih teman bukan?” teriak pelan Vinia.
Roman kembali
hanya bisa mengangguk.
“Forever?”
Roman hanya
bisa tersenyum.
Inspirasi lagu Graduation (Friends
Forever) oleh Vitamin C.
Gambar dari desipainters.com