Bangga apa adanya
Perkenalkan, namaku Bangga. Siapa? Bangga? Banyak yang
masih mengernyitkan dahi ketika namaku kusebut. Sejak aku mengerti arti
mengernyitkan dahi hingga kinipun, masih ada yang memintaku menyebut namaku dua
kali saat berkenalan. Hahaha….
Tentang nama, saya terlahir sebagai Ervan Bangga Shahli.
Namun menurut cerita, saya memiliki banyak nama. Kok bisa? karena saya terlahir
multirasial. Dan mungkin karena masing-masing keluarga besar memilki ego yang
sama besarnya. Jadi ketika saya pergi ke masing-masing mereka, nama saya pun
berubah. Dari Ervan Shahli yang Sunda menjadi Huang Guo Er yang China.
Untuk mengambil tengahnya, saat aku mendaftar sekolah
ibu saya menulis namaku ERVAN ARYADI. Dan sejak saat itu, nama itulah yang termaktub di KTP, Paspor, Ijasah dan dokumen-dokumen
negara lainnya. Namun, orang rumah, teman dekat tetap memanggilku Bangga. Ya,
sayapun suka dengan nama itu. Meski tidak lazim untuk sebuah nama, tetapi nama
Bangga membuatku lebih percaya diri dan malah terdengar unik. Mungkin hanya
sekedar sugesti. Namun saya benar-benar Bangga memilikinya. Hey, I am the first Bangga in Indonesia, the
one and only J
Selain sebagai citizen,
sayapun seorang netizen. Dalam dunia
maya, saya biasa menyebut diri sebagai Banggavann. Sederhana. Akronim dari
nama-nama saya, Bangga dan Ervan. Lalu, mengapa huruf “N” nya di belakang harus
dua. Untuk trademark aja sih. Selain untuk sebuah doa supaya huruf N yang
belakang “memagari” huruf N yang di depan. Filosofinya supaya saya
tidak kembali nakal seperti dahulu J . Di dunia maya saya bisa di temukan di blog www.banggavann.blogspot.com dan
di twitter sebagai @banggavann . Silahkan mampir ^_^
Kisah dari Ayah dan Ibu saya
Pun seperti
saya yang campuran, begitu pula dengan Ayah serta Ibuku. Ayahku seorang Sunda
Chinese Canton. Ibuku blesteran Jawa dan Manado. Oleh karena itulah, saya
tumbuh dalam lingkungan yang sangat menghargai perbedaan. Bayangkan, kami
merayakan tiga hari besar agama. Betapa senangnya saya.
Tentang
ayahku, tidak banyak yang aku bisa ceritakan tentang beliau. Karena hubungan
kami memang tidak begitu dekat. Meski pernah sangat mengecewakan, namun aku
tetap memuja ayahku atas kegigihan serta kerja kerasnya hingga pernah
mengangkat kami ke ekonomi yang cukup tinggi.
Sementara
ibuku adalah tipikal gadis Jawa yang nedho
nrimo. Tidak ambisius. Tenang. Penyabar. Dan hidup bahagia atas paringe Gusti. Terkadang aku tidak suka
dengan sikap ibuku yang seperti itu. Namun di balik semuanya, ternyata beliau
adalah seorang yang visioner dan well
prepared. Dan dari sikapnya inilah, ibuku bisa menyelamatkan kehidupan
keluarga kami yang pernah sangat terguncang. She’s an angel alive for us.
Kejadian-kejadian ajaib yang pernah terjadi
Saat kecil, dengan latar belakang multirasial saya, saya
sering mengalami bullying perihal
SARA. Saat bermain dengan anak-anak Jawa saya di panggil China. Ketika saya
bermain dengan anak-anak China saya di panggil Jawa. Ditambah dengan kondisi
keluarga yang pada saat itu memang pas-pasan, komplit lah mereka sesuka hati
mengolok saya. Hal itu membuat saya lebih banyak kembali ke keluarga daripada
bermain dengan teman sebaya. Saya lebih suka mendengar dongeng-dongeng dari
kakekku atau mengadu menuliskan semuanya pada sebuah buku. Mungkin itulah
mengapa saya menjadi suka dongeng, suka berkhayal, suka bermimpi dan suka
menuliskannya.
Kejadian ajaib yang pertama datang ketika bisnis ayah
saya mulai sukses. Saat itu aku kelas 3 SD. Ekonomi keluarga kamipun terangkat
naik. Sejak itulah, untuk ukuran bocah cilik saya seperti kehilangan jati diri.
Saya seperti tidak memiliki lagi diriku sendiri. Saya berubah 180 derajat dari
anak kecil yang pendiam, kalem dan apa adanya menjadi sosok yang congkak,
sombong, menyebalkan, menjengkelkan dsb. Sifat itu saya bawa hingga usia SMA.
Saya tumbuh menjadi sosok yang antipasti, apatis, cuek dan tidak peduli
terhadap sekitar. Bahkan tidak peduli dengan diri saya sendiri. Dan saya menikmati
itu. Saya senang. Pun, ketika bentuk fisik saya berubah (menjadi super gendut)
saya tidak peduli. Dan tidak ada pula yang peduli dengan saya. Teman dekat saya
tak berani komentar karena takut. Teman-teman yang lain mana peduli. Begitupun
dengan keluarga. Saya terlanjur menjadi monster bagi mereka. Lalu ayah ibu
saya? Mereka sibuk bekerja.
Kemudian, keajaiban yang keduapun menjelang. Berupa badai
yang menghantam hebat. Ya, badai di keluarga kami. Badai yang mengubah
semuanya. Mungkin cukup kami saja yang mengetahui sehebat apa badai itu.
Singkat cerita, sejak saat itulah saya mulai mengerti
arti sebuah kerja keras. Arti menghormati. Belajar untuk peduli. Belajar
mengucap kata maaf sekaligus belajar memiliki hati yang mengampuni. Dan
sepertinya saya berhasil. Pada awalnya, saya belajar untuk menghargai diri saya
sendiri. Saya ingin menghadiahi diri saya sebuah tubuh yang sehat. Lalu, berkat
kerja keras itu, saya berubah dari cowok gendut 112 kg menjadi cowok berberat
tubuh normal 72 kg dengan tinggi 178cm yang saya miliki. Dan itu menyenangkan
ternyata. Dari situlah semua seperti kembali ke awal. Di mana saya di ciptakan
TUHAN untuk menjadi pribadi yang menyenangkan. Dan saya kembali bisa peduli
kepada diri saya sendiri, ibu saya, keluarga, teman dan TUHAN. Sejak saat itu,
bagi saya badai itu telah benar-benar reda. Meski akhirnya saya harus kehilangan
seorang ayah. Namun saya masih memilki ibu yang mengerti anaknya. Dan sayapun
mulai bisa menata ulang pondasi hidup saya untuk masa depan.
Mengingat akan semuanya, maka saya menghargai…
Diri sendiri:
sebagai seorang “persilangan” dari seorang pekerja keras dan penyabar. Saya
mencoba membuktikan itu.
Keluarga :
sebagai tempat di mana saya dulu belajar atas sikap-sikap keragaman.
Orang lain :
sebagai sesama makhluk Tuhan yang memiliki tingkat derajat yang sama. Saling
menghormati dan menghargai adalah sebuah keharusan.
Indonesia :
sebagai alam yang ajaib, lingkungan yang beragam, manusia yang majemuk. Dari
Indonesia saya bisa mendapatkan semuanya. Positif ataupun negatif. Dan saya
menghormati itu.
Kehidupan :
sebagai bekal untuk saya mati.
Simbolisasi
Dalam hidup ini saya ingin menjadi Kue Apem. Kue
tradisional Jawa yang selalu ada di setiap acara. Apem yang sebenarnya di ambil
dari kata arab “affan” itu memiliki
makna ampunan. Saya ingin memiliki hati yang mengampuni. Hati yang memaafkan,
dalam artian dengan memiliki hati yang memaafkan sayapun akan dengan senang
hati untuk meminta maaf jika saya memang bersalah. Meski terkadang sulit saya
akan tetap belajar untuk itu. Selain itu, kue apem yang sederhana juga bisa
masuk ke semua kalangan. Mulai anak-anak hingga dewasa. Mulai jelata hingga
ningrat. Tinggal mengemasnya saja supaya menarik. Saya ingin menjadi supel.
Menyenangkan bagi setiap orang. Selamanya. Seperti Apem yang di suka semua
sejak dulu hingga kini. Hingga nanti.
Indonesia, Satu Januari 2030
Ketika
terbangun di tahun 2030 saya telah berada di Indonesia yang kembali meraksasa.
Indonesia kembali menjadi macan asia. Mobil-mobil Esemka berseliweran. Produk
dalam negeri telah terapresiasi dengan baik. Indonesia menjadi tujuan wisata
dan rekreasi bagi seluruh penduduk bumi karena keramahan masyarakatnya, keamanannya
dan budayanya yang tetap lestari.
Bagaimana
dengan saya? Saya menjadi seorang entrepreneur traveler yang juga mengajar Bahasa
Jawa secara sukarela kepada turis-turis asing yang berminat pada bahasa ibu
saya ini.
Untuk itulah
mengapa saya suka meracuni teman-teman asing saya dengan bahasa ini. Semua saya
lakukan tidak lebih untuk menjaga budaya bahasa itu untuk tidak punah tergerus
bahasa-bahasa prokem yang marak berkembang belakangan. Dan, supaya bagian dari
Indonesia itu akan tetap lestari hingga nanti.
Sebuah Biografi
Jika pada suatu hari seseorang menulis biografi saya,
maka judulnya adalah Bangga: Untuk Semua
Mimpi dan Pribadi Yang Mewujudkannya. Isinya adalah cerita tentang buah
pikir saya dan pencapaian saya selama hidup. Mimpi-mimpi saya yang mungkin sama
dengan mimpi sebagian orang. Serta usaha saya untuk mewujudkan mimpi itu dengan
kerja keras. Sebuah buku yang mungkin bisa menginspirasi orang lain untuk
berani bermimpi lalu berani untuk mewujudkannya. Karena bagi saya, “Takdir itu sepenuhnya ada di tangan kita,
TUHAN hanya menuliskannya.” Jadi
mimpi/cita-cita sekecil apapun tidak akan terwujud jika kita tidak bergerak
untuk menggapainya.
Hal Konyol yang pernah terjadi
Kejadian terkonyol yang pernah saya lakukan adalah terkait
dengan phobia saya terhadap hewan bernama tikus. Saat itu dalam sebuah kelas
tiba-tiba seekor tikus nyelonong masuk. Seisi kelas pun heboh. Sayapun spontan
naik meja dan berteriak histeris,”Bunuh tikus itu, bunuh!!... Bunuuuhhh!!” Dan
akhirnya tikus itupun bisa di usir (bukan di bunuh). Lalu, setelah semua
berangsur kondusif dan ritme nafas saya mulai
normal, saya baru menyadari di mana saya berdiri. Esoknya, saya langsung jadi selebritis
sekolah. Hahahahaha……
Ditulis untuk Rubrik kolaborasi ‘Bukik Bertanya’
Foto-foto merupakan koleksi pribadi kecuali foto kue apem di unduh dari http://www.kratonpedia.com/article-detail/2011/11/22/203/Apem.Sewu,.Bukanlah.Apem.Yang.Berjumlah.1000.html